Monday, January 3, 2011

Keajaiban Luar Angkasa


Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an pada ayat berikut:

"Dialah pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an, 6:101)

Keterangan yang diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.

Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur'an 1.400 tahun lalu.

Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan.

"Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam..." (Al Qur'an, 39:5)

Dalam Al Qur'an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam semesta sungguh sangat penting. Kata Arab yang diterjemahkan sebagai "menutupkan" dalam ayat di atas adalah "takwir". Dalam kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar, sebagaimana surban dipakaikan pada kepala.

Keterangan yang disebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi. Pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam Al Qur'an, yang telah diturunkan di abad ke-7, telah diisyaratkan tentang bentuk planet bumi yang bulat.

Namun perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda. Di masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini. Sebaliknya, ayat-ayat Al Qur'an berisi informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad terakhir. Oleh karena Al Qur'an adalah firman Allah, maka tidak mengherankan jika kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayatnya ketika menjelaskan jagat raya.

Dalam Al Qur'an, Allah mengarahkan perhatian kita kepada sifat yang sangat menarik tentang langit:

"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya." (Al Qur'an, 21:32)

Sifat langit ini telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah abad ke-20.

Atmosfir yang melingkupi bumi berperan sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan. Dengan menghancurkan sejumlah meteor, besar ataupun kecil ketika mereka mendekati bumi, atmosfir mencegah mereka jatuh ke bumi dan membahayakan makhluk hidup.

Atmosfir juga menyaring sinar-sinar dari ruang angkasa yang membahayakan kehidupan. Menariknya, atmosfir hanya membiarkan agar ditembus oleh sinar-sinar tak berbahaya dan berguna, - seperti cahaya tampak, sinar ultraviolet tepi, dan gelombang radio. Semua radiasi ini sangat diperlukan bagi kehidupan. Sinar ultraviolet tepi, yang hanya sebagiannya menembus atmosfir, sangat penting bagi fotosintesis tanaman dan bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup. Sebagian besar sinar ultraviolet kuat yang dipancarkan matahari ditahan oleh lapisan ozon atmosfir dan hanya sebagian kecil dan penting saja dari spektrum ultraviolet yang mencapai bumi.

Fungsi pelindung dari atmosfir tidak berhenti sampai di sini. Atmosfir juga melindungi bumi dari suhu dingin membeku ruang angkasa, yang mencapai sekitar 270 derajat celcius di bawah nol.

Tidak hanya atmosfir yang melindungi bumi dari pengaruh berbahaya. Selain atmosfir, Sabuk Van Allen, suatu lapisan yang tercipta akibat keberadaan medan magnet bumi, juga berperan sebagai perisai melawan radiasi berbahaya yang mengancam planet kita. Radiasi ini, yang terus- menerus dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang lainnya, sangat mematikan bagi makhuk hidup. Jika saja sabuk Van Allen tidak ada, semburan energi raksasa yang disebut jilatan api matahari yang terjadi berkali-berkali pada matahari akan menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi.

Dr. Hugh Ross berkata tentang perang penting Sabuk Van Allen bagi kehidupan kita:

Bumi ternyata memiliki kerapatan terbesar di antara planet-planet lain di tata surya kita. Inti bumi yang terdiri atas unsur nikel dan besi inilah yang menyebabkan keberadaan medan magnetnya yang besar. Medan magnet ini membentuk lapisan pelindung berupa radiasi Van-Allen, yang melindungi Bumi dari pancaran radiasi dari luar angkasa. Jika lapisan pelindung ini tidak ada, maka kehidupan takkan mungkin dapat berlangsung di Bumi. Satu-satunya planet berbatu lain yang berkemungkinan memiliki medan magnet adalah Merkurius - tapi kekuatan medan magnet planet ini 100 kali lebih kecil dari Bumi. Bahkan Venus, planet kembar kita, tidak memiliki medan magnet. Lapisan pelindung Van-Allen ini merupakan sebuah rancangan istimewa yang hanya ada pada Bumi. (http://www.jps.net/bygrace/index. html Taken from Big Bang Refined by Fire by Dr. Hugh Ross, 1998. Reasons To Believe, Pasadena, CA.)

Energi yang dipancarkan dalam satu jilatan api saja, sebagaimana tercatat baru-baru ini, terhitung setara dengan 100 milyar bom atom yang serupa dengan yang dijatuhkan di Hiroshima. Lima puluh delapan jam setelah kilatan tersebut, teramati bahwa jarum magnetik kompas bergerak tidak seperti biasanya, dan 250 kilometer di atas atmosfir bumi terjadi peningkatan suhu tiba-tiba hingga mencapai 2.500 derajat celcius.

Singkatnya, sebuah sistem sempurna sedang bekerja jauh tinggi di atas bumi. Ia melingkupi bumi kita dan melindunginya dari berbagai ancaman dari luar angkasa. Para ilmuwan baru mengetahuinya sekarang, sementara berabad-abad lampau, kita telah diberitahu dalam Al Qur'an tentang atmosfir bumi yang berfungsi sebagai lapisan pelindung.

Keajaiban Itu Memang Ada

Nafasku tersa sesak karena asam lambungku naik. Dan aku merasa..aku sudah tidak bisa melanjutkan permainan ini. Aku terlalu lemah. Kucengkram lengan seorang temankuagar aku kuat kembali. Tapi tak bisa. Rasanya...sudah terlalu banyak energy yang kuhabiskan dalam waktu tiga babak ini. Temanku itu memanggil wasit dan mereka bernegosiasi. Aku hanya mematung ditengah lapangan menahan perih pada lambungku ini. Permainan terhenti. Dan wasit memberikan kelonggaran waktu selama 3 menit. Aku gunakan waktu singkat itu untuk mengatur nafas dan meringankan sakit dilambungku. Aku terlentang dipinggir lapangan.“..Demi arief, cest !!” Celetuk salah seorang teman lelakiku.“ Boro-boro mikirin arief, yang ada malah inget mati.” Jawab hati kecilku. Peluit dibunyikan dan permainan kembali dimulai. Aku mendapat dorongan semangat dari teman-temanku. Aku mencoba menguatkan diriku sendiri. Dalam tenggang waktu 7 menit ini segala kemungkinan bisa terjadi. Kemenangan ataupun malah kekalahan yang kami dapat. Karena score kami hanya berjarak dua bola. Kukerahkan segenap tanganku untuk bisa bermain semaksimal mungkin hari ini. Meskipun aku harus menanggung resikonya. Aku tidak mau mengecewakan mereka yang sudah menaruh kepercayaan padaku. Aku ingin membuat mereka tersenyum. Dan saat itu juga kami kebobolan 2 bola. Score sama. 10-10. Aku sempat putus asa. Kami tak mungkin menang melawan mereka. Mereka punya skill yang luar biasa. Aku tahu, karena pada tim basket sekolah kami tergabung dalam satu tim. Tapi aku masih punya semangat dan kami berusaha menjaga pertahanan kami dari mereka. Dan tuiiitt...WAKTU HABIS dengan score seri. Aku masih bersyukur karena kami tidak kalah. Dengan langkah gontai aku menepi kepinggir lapangan. Dan aku terhempas ditanah dengan peluh mengucur. Sepertinya aku sungguh tak bisa bangun kembali. Semua tulang-tulangku terasa linu. Aku yakin..aku sudah tak bisa melanjutkan pertandingan dibabak seri.“Aku udah ga kuat..ga bisa maen lagi. Sakit banget..” Rintihku pada salah seorang temanku.“ Trus siapa dong yang mau maen ? Tim kita itu ga punya cadangan, cest..Sok berusaha dulu kamu pasti bisa !!” Ucapnya mantap.“Ya udah..undurin aja jangan sekarang, aku bener-bener udah ga bisa.” Temanku itu kembali menghampiri wasit dan menyampaikan apa yang tadi aku katakan.“Itu sih keputusan panitia..dan menurut peraturan, kalau scorenya seri harus 2 in v-trow. Gimana ?” Temanku mengangguk dan memberitahukannya padaku. Aku mengangguk lemah. Ya...setidaknya itu masih lebih baik. Masih ada harapan. Semuanya mendapat giliran memasukkan bola ke ring. Aku juga. Tapi NIHIL. Tak ada satupun bola yang berhasil masuk ke ring. Baik dari tim kami ataupun tim mereka. Saat itu aku merasa akan sekarat karena saking lemasnya. Aku hanya berdo’a pada Tuhan. Aku berjanji. Jika kali ini Tuhan memberi kemenangan pada kami, aku tidak akan meragukan kasih-Nya lagi. 2 in v-trow diulang kembali. Sekiranya score kami tetap seri dan tak ada yang bisa memasukan bola ke ring, permainan akan diulang. Aku berharap itu tidak terjadi. Dan di putaran kedua ini kami melakukannya lagi. Sudah dua pemain dari timku mencoba memasukannya. Tapi tetap gagal. Dan tiba giliranku saat ini. Sekali lagi, kupaksakan otot-otot ini bergerak meskipun terasa sangat sakit. Saat itu yang kulakukan hanya pasrah menerima apapun yang terjadi. Toh yang jelas aku sudah berusaha semampuku. Aku juga tak henti-hentinya berdo’a. Do’a yang aku ingat itu pemberian dari guru favoritku. “Allohumma kun lanaa wa laa takun ‘alaina.” Semoga ini akan membantu,Tuhan...Brugg..bruugg...Aku mendribell bola. Dan akhirnya...Blluuss !!Hening .“Ye...masuk...!!” sorak teman-temanku. Aku hanya tersenyum kecut dan langsung ambruk mememluk salah seorang temanku ditepi lapang. Ini semua mustahil. Tapi Tuhan berkata lain. Tuhan mendengar jeritan hatiku. Sungguh ini sebuah keajaiban. Dan ajaibnya lagi. Hanya satu-satunya bola dariku yang berhasil masuk ke ring. Aku menitikkan air mata. Menyadari akan kuasa-Nya. Memang benar, tanpa kekuatan dari-Nya aku bukanlah apa-apa. Aku hanyalah makhluknya yang lemah. Kini Dia memberikan bukti kebesaran-Nya pada kami, padaku. Untuk membuka mata hatiku yang selama ini tertutup oleh debu-debu kesalahan.Alhamdulillah...“Champion..!!”Teriak seorang temanku. Dan lagi-lagi aku hanya tersenyum. Merengkuh pada bahu temanku yang memapahku masuk ke dalam kamar. Aku tidak boleh puas hanya gara-gara kemenangan in. Masih ada ujian yang lebih berat daripada ini. Harus tetap berusaha dan berdo’a.Hummffth...Terimakasih Tuhan .Terimakasih sahabat .Kemenangan ini kupersembahkan untuk kalian .

Seikat Kembang Ilalang

Simpang Pauh adalah daerah terpencil, puluhan kilometer dari Kabupaten dan ratusan kilometer dari Ibu Kota Provinsi. Satu-satunya akses ke desa itu adalah jalan tanah yang tidak layak disebut jalan, gerusan air menciptakan alur-alur berlubang yang amat berbahaya bagi pengendara.
Daerah ini terbilang rata dengan bebukitan yang tidak terlalu tinggi dan hutan berawa disebelah utara, kata orang hutan sarang jin. Sistem nomaden menyisakan puluhan ribu hektar padang ilalang, bila ada pohon tinggi biasanya adalah pohon pauh, sejenis pohon mangga yang kecil buahnya. Padang ilalang itu bisa setinggi dada, bila musim kemarau kadang terbakar hebat, ribuan hektar dilanun api, mengerikan.
Secara keseluruhan padang ilalang mencerminkan kemiskinan dan identik dengan duka nestapa, hampir tidak ada cerita bahagia didalam semak belukar itu. Gubuk peladang nomad yang sudah kosong banyak terdapat disana, beratap ilalang dan dibuat ala kadarnya sekedar tempat berteduh. Digubuk itu tertumpah uraian keringat dan air mata, bila telah ditinggal gubuk itu makin kental dengan kesan penderitaan.
Dua bulan lalu aku datang kesini membawa harapan akan kehidupan baru, mengajar di sebuah sekolah terpencil, enam lokal tiga guru, satu guru sakit-sakitan, satunya lagi amat tidak disiplin, praktis aku sendirian. Celakanya lagi sekolah itu jauh dari rumahku,Lain desa pula, hampir empat kilo, melewati jalan yang amat licin pada musim hujan, membawa sepeda justru menambah sengsara karena tanah lengket di rodanya.
Pagi ini cuaca amat dingin karena hujan semalaman, dengan menghela nafas aku memilih jalan kaki saja. berjalan kaki sendiri menyusuri jalan sempit, ini adalah jalan tercepat untuk sampai di sekolah, melalui jalan pintasyang diapit padang ilalang. Di perbatasan desa sebelah utara ada jembatan panjang membelah rawa-rawa, warga 2 membuat 'jerambah' itu khusus untuk para guru karena merasa iba melihat guru melintasi rawa tiap hari, lebarnya hanya 60 cm tapi panjangnya hampir seratus meter.
Saat melintasi jerambah itu sesayup sampai aku mendengar seseorang bersenandung. itu lagunya Koes Plus "Kulihat pelangi....dipagi hari..."
hatiku merasa senang karena ada manusia lain dijalan sepi ini. Nampaknya senandung itu berasal dari gubuk kosong di ujung rawa-rawa. Benar saja disitu kudapati seorang perempuan sedang ham-hem tanpa melafalkan lagunya. Dia nampak asik mengumpulkan kembang ilalang dan mengikatnya seperti karangan bunga, di padu padan dengan bunga semak lain.
Perempuan itu mengenakan baju merah dan rok hitam, rambutnya panjang sepinggang, dari sisi samping aku dapat melihat betapa moleknya perempuan ini, gelang emas yang cukup besar ada ditangan kirinya.
Nampaknya perempuan ini tidak menyadari kehadiranku, namun begitu dia tidak terkejut saat aku menyapanya. Dari jarak lima meter aku bisa melihat dengan jelas kecantikannya, kulitnya kuning langsat. Hanya ada yang berbeda dengan wajahnya, tidak sama dengan orang cantik kebanyakan, walau demikian cantik wajah itu menerbitkan iba dan belas kasih.
Dia memang berhenti bersenandung tapi sama sekali tidak menjawab sapaanku. Aku jadi merasa tak enak hati dan memilih segera berlalu dari situ, lagian aku sudah kesiangan.
---------///////------------------
Bulan-bulan berikutnya aku sudah bisa menikmati gerak hidup desa itu, disela waktu mengajar aku bercocok tanam, menabur padi dan menanam sayuran.
Pada awal Desember, hujan turun hampir setiap hari. Dan kami paa peladang memilih berteduh di gubuk. Biasanya tetangga ladang ikut berkumpul lima atau enam orang. Tidak ada kegiatan lain selain ngobrol kesana-kemari, menceritakan susah senangnya berladang.
Salah satu peladang menceritakan tentang anak gadisnya yang dulu diperkosa beramai-ramai dalam semak belukar. Sampai kini pemerkosanya tidak tertangkap. Gadis itu menanggung beban batin yang berat dan memilih tinggal di ladang, jauh dari desa, tidak mau pulang, tidak lagi mau bergaul. Berpindah dari padang satu kepadang lain mengikuti orang tuanya.
Orang tua malang itu amat mengerti hancur hati anak gadisnya tapi apa daya. Anak gadis semata wayang itu tidak mau lagi mengenal manusia. Diam seribu bahasa.
Cerita pedih itu hilang dari percakapan, tapi kembali ramai saat orang tua gadis menyatakan bahwa anaknya hilang di ladang. Banyak dugaan tentang hilangnya gadis itu, bisa jadi di terkam binatang buas atau mati terbakar saat terjadi kebakaran padang ilalang yang hebat waktu itu. Sebagian lain lagi mengatakan kalau gadis itu masih hidup.
Orang tua malang itu pasrah, empat tahun anaknya hilang entah kemana rimbanya.
Bahkan perjaka yang dulu menjadi calon suaminya menjadi depresi berat dan mulai kurang waras. Nama pemuda itu Iyan. Saat cerita pilu ini dituturkan sang ayah, Iyan memilih keluar dari gubuk karena nestapa itu tak ingin didengarnya lagi.
"Anak saya itu cantik dan baik hati, banyak pemuda desa merasa iri saat Iyan ditunangkan dengannya. Mungkin karena itulah ada beberapa orang yang tega menodainya" Sang ayah menutup cerita itu dengan titik air mata, "saya beharap dia ditemukan"
Didepan sekolah kami ada pohon akasia yang besar, cukup teduh memang, tapi sayangnya pohon itu dijadikan sarang semut krenggo atau angkrang. Hari itu aku berniat memangkas beberapa cabangnya. Sengaja dari rumah aku membawa golok dan berangkat mengenakan mante karena gerimis.Saat sampai di jembatan (jeramba) aku melihat seikat kembang ilalang tergeletak di tanah dan sebagian lagi berceceran di jerambah. Di pertengahan jembatan ceceran kembang ilalang itu nampak berbelok ke kiri, terapung di air rawa.Spontan aku teringat perempuan cantik yang beberapa waktu lalu aku jumpai sedang mengumpulkan kembang ilalang dan merangkainya. Melihat dari ceceran kembang ilalang itu aku bisa memastkan bila perampuan itu berjalan menuju ke dalam hutan berawa yang banyak ditumbui pohon mahang dan pulai. Airnya setinggi betis. Insting ku merasakan ada yang tidak beres, Aku khawatir terjadi apa-apa pada perempuan itu.Dan dengan menggenggam hulu golok aku turun kerawa menyusuri ceceran bunga ilalang. Tengak-tengok tidak ada orang, padahal aku sudah masuk sekitar 40 meter. Ceceran kembang ilalang itu berhenti disini. Rasanya mustahil kalau perempuan itu masuk lebih dalam hutan berawa itu, karena rerumputan air disekitar itu tidak nampak tersibak habis dilalui seseorang. Rumput kerisan itu banyak mengiris tanganku. Dari arah jembatan seseorang memanggil " Pak guru........Pak guru dimana.....????" Rupanya orang itu tahu kalau aku ada disekitar sini karena sepatu, tas kerja dan beberapa buku aku letakkan di jembatan. Tapi aku tak bisa melihat siapa orang itu karena tertutup semak belukar.Saya segera berbalik karena tidak menjumpai siapapun disitu, nampaknya kekhawatiran saya tidak beralasan. Saat berbalik itulah aku melihat sesuatu di dasar air, Air rawa yang jernih itu menampakkan semua isi dasarnya. Aku memungut benda itu dengan berdebar-debar lalu memanggil orang di jembatan untuk mendekat.
Dari suara kerosak dan kecipak air yang dilaluinya saya bisa orang ini jelas berlari ke arahku. Ternyata Iyan, dia nampak kaget bukan alang kepalang melihat benda yang baru kuambil dari dasar rawa."Bapak sedang apa disini....?????" Mendengar pertanyaan penuh selidik itu aku menjadi lebih waspada. Golok yang tadi masih di dalam sarungnya, kini ku hunus dengan gerakan yang tidak terlalu mencurigakan. Aku yakin ada yang disembunyikan Iyan. Aku merasa tegang dan berdebar kencang melihat sikap Iyan yang menenteng parang panjang dengan gelisah dan matanya menyiratkan tidak senang dengan kehadiranku disitu. Walau tetap waspada aku tidak melihat langsung ke mata Iyan, karena pemuda stres ini bisa saja melakukan hal konyol karena sebab yang tidak kuketahui. Aku cukup pandai menakar orang.
Malam itu dibantu penerangan lampu strongkeng (petromak), warga desa menyisir rawa sejak siang tadi. Dua orang polisi dari kabupaten datang memberi pengarahan. Temuanku tadi pagi menggemparkan desa. Sebuah tengkorak manusia......Dari dasar rawa itu ditemukan bagian lain dari kerangkan tubuh, perhiasan emas dan dua potong baju yang terbalut lumpur.Belum diketahui secara pasti siapa dan mengapa orang ini bisa mati dirawa ini.Kulihat Iyan dari tadi hanya duduk di jembatan, tidak beringsut sejak siang, diam.....---------///////-------------------- Saat tetangga kami punya hajat sunatan, aku datang bantu-bantu di situ. Percakapan tentang tentang penemuan kerangka manusia kemarin masih hangat dibicarakan, kini kerangka itu ada di puskesmas menungggu hasil pemeriksaan polisi.Sedang duduk minum kopi dan asik ngobrol aku mendengar sebuah lagu dari tape recorder, ada yang menggelitik rasa penasaranku.Dengan mengajak dua orang kenalan aku mencari darimana suara tape recorder itu terdengar. Dijalur gang ini hanya ada enam rumah yang terisi, lainya kosong karena penghuninya kabur tidak kerasan, desa transmigrasi ini nyaris mati, gelap tanpa listrik dan hiburan disana hanya radio tape recorder. Seorang teman mengetuk pintu dan memanggil pemilik rumah, ternyata orang tua malang itu tinggal disini. Beberapa waktu lalu saya bertemu dengannya dan mendengar cerita tentang anak gadisnya."Mari masuk pak guru...... ketemu lagi disini" Kami ngobrol akrab dengan hidangan ala kadarnya."Ngomong-ngomong ada perlu atau hanya mampir ini, pak guru..?"Saya ragu mau menjawab dan menyampaikan niatku. Mataku hanya terpaku pada tape recorder yang masih memutar koleksi lagu itu. Setrum aki yang lemah menyebabkan suara lagu itu terdengar agak ganjil. "Dulu anak kami senang mendengar lagunya Koes Plus. Dia kadang memutar lagu itu berulang-ulang, berjam-jam" Ibu malang itu menuturkan, seakan tahu rasa penasaranku.Dengan memberanikan diri aku bertanya langsung pada suami istri itu " Apakah anak gadis bapak senang mengumpulkan kembang ilalang dan merangkainya dengan bunga semak lain?"Mereka nampak terkejut dan bapak malang itu mematikan tape recorder, segera saja suasana senyap menyergap. Semua mata tertuju kearah saya dengan tanda tanya. Kulihat istrinya mengangguk lemah..........
Bagaimana pak guru isa tahu? Apakah pak gur bertemu dengan anak kami? Dimana?????"Aku bingung memberi jawaban, karena ini bukanlah hal yang mudah untuk dijelaskan. Bapak itu ditenangkan oleh istrinya."Saya tidak Yakin pak....... Tapi apakah bapak punya fotonya, mungkin saya bisa mengenalinya." Kataku.Setengah berlari orang tua itu mengambil sebuah foto dalam figura besar. Aku terduduk lemas saat melihat foto itu, bulu kudukku meremang. Betul sekali....wajah itu pernah kulihat. Wajah yang cantik tapi menerbitkan iba dan belas kasihan. "Kini saya yakin bahwa anak gadis bapak sudah saya temukan. Sayalah yang menemukannya" Malam itu juga kami berangkat ke puskesmas bersama beberapa orang. Ke dua orang tua itu terisak-isak sepanjang jalan. Dan keyakinan saya terbukti, setelah melihat dengan jelas pakaian dan perhiasan yang ditemukan. Baju merah, rok hitam dan gelang emas berliontin 'love', tanda pertunangan dari Iyan untuk kekasihnya. Semua dipastikan oleh orang tua malang itu. Kerangka yang pagi tad ku temukan adalah anak gadisnya.Prosesi pemakaman berjalan haru esok paginya. Esok paginya Iyan ditangkap polisi dengan tuduhan pembunuhan, gadis yang trauma pada lelaki itu menolak menikah dengan Iyan dan memilih menyendiri di ladang. Lelah sudah Iyan membujuknya, akhirnya Iyan mengayunkan kayu sebesar betis kekepalanya. "Saya tahu calon mempelai saya itu amat menderita, saya sudah akhiri penderitaannya..."--------------//////-------------------- Beberapa minggu berlalu, siang itu aku beranjak dari kursi kelas dan berniat pulang. Langit tampak mendung gelap. Murid kupulangkan lebih awal sebelum hujan semakin deras. Kuambil sepedaku yang terparkir di samping kantor. Didalam keranjangnya ada seikat kembang ilalang yang dirangkai indah dengan bunga semak lain. Tampaknya ini ucapan terimakasih.Aku mengayuh sepeda dengan tergesa dan tunggang-langgang saat melintasi gubuk kosong itu. Sampai dirumah orang tua Gadis sudah menungguku "Ada yang ingin saya tanyakan pada pak guru... Bagaimana pak guru bisa yakin kalau kerangka itu adalah anak saya???"Aku tidak menjawab pertanyaan itu, tapi hanya menyerahkan rangkaian bunga ilalang yang tadi kubawa. Dua orang tua itu pergi membawa tangisnya, rangkaian bunga itu seperti pengobat rindu. Nampaknya mereka berdua sepakat untuk menyerahkan hidupnya pada ilalang. Dari satu padang ke padang lain. Anginya dingin meniup. Ke dua orang itu tak pernah terdengar lagi. (tamat)

Tukang Dayung

Seusai memenangkan perang , kaisar Romawi dan panglima perangnya turun dari armada kapal perangnya untuk beristirahat. Tak ketinggalan para awak kapalnya, termasuk tukang dayungnya juga turun ke darat untuk merayakan kemenangan plus isrirahat.Segera para prajurit mau pun anak buah kapal mempersiapkan tenda untuk sang kaisar dan panglima perangnya.Sore hari saat sang kaisar berisrahat di bawah pohon rindang, datanglah seorang tukang dayung menghadap.Setelah berbasa-basi sebentar, tukang dayung pun menyampaikan maksud dan tujuan menghadap sang kaisar."Baginda, saya ingin jadi panglima. Saya sudah bosan jadi tukang dayung."kata tukang dayung."Kenapa?"tanya sang kaisar"Kerjanya cuma memerintah melulu. Tunjuk sana tunjuk sini. Kalau tak kebenaran marah-marah. Saya tukang dayung selalu mengeluarkan tenaga dan keringat. Dan yang dapat penghargaan tak lain tak bukan ya panglima tersebut. Saya iri dan ingin jadi seperti dia.""Baik, coba kamu lihat di balik pohon itu ada apa!"perintah sang kaisar.Tukang dayung pun pergi untuk memenuhi perintah sang kaisar. Tak lama kemudian dia sudah balik lagi menghadap baginda."Di balik pohon ada ayam, baginda!"kata tukang dayung.Kemudian sang kaisar menyuruh panglima yang selalu ada di dekat sang baginda, untuk melihat apa yang ada di balik pohon itu juga.Hanya sebentar panglima menengok ke balik pohon dan segera menhadap kaisar lagi."Dibalik pohon ada ayam betina warna hitam dengan lima anaknya, tiga ekor kuning warnanya dan yang dua ekor lagi hitam campur putih."jawab sang panglima mantap dan yakin.Sang kaisar melirik si tukang dayung yang menunduk malu."Tahu kamu perbedaan antara tukang dayung dan panglima? Sang panglima sekali lihat, sudah bisa menceritakan semuanya."kata sang kaisar."Apakah panglima bisa memenagkan peperangan tanpa bantuan tukang dayung dsn para prajurit lainnya ?"tanya sang kaisar lagi."Tidak bisa sang baginda !" jawab si tukang dayung."Setiap anggota kapal armada punya andil dalam memenangkan peperangan. Tanpa kamu tukang dayung, panglima tak bisa menang dalam perang. Jadi kamu tak usah iri dengan tugas orang lain. Karena mereka masing-masing punya sumbang sih dalam peperangan.Tukang dayung merasa lega dan tak ingin lagi jadi panglima. Dia sudah bangga jadi tukang dayung. Karena ia pun juga punya andil dalam memenangkan peperangan.. Dia pun segera pamit pada sang kaisar dan berjalan ke baraknya dengan gagahnya.Sekian

Sunday, November 21, 2010

Kerbau Dan Kambing

Kerbau dan Kambing
Aesop


Kerbau dan KambingSeekor kerbau jantan berhasil lolos dari serangan seekor singa dengan cara memasuki sebuah gua dimana gua tersebut sering digunakan oleh kumpulan kambing sebagai tempat berteduh dan menginap saat malam tiba ataupun saat cuaca sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing jantan yang ada di dalam gua tersebut. Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing jantan itu menundukkan kepalanya, berlari untuk menabrak kerbau tersebut dengan tanduknya agar kerbau jantan itu keluar dari gua dan dimangsa oleh sang Singa. Kerbau itu hanya tinggal diam melihat tingkah laku sang Kambing. Sedang diluar sana, sang Singa berkeliaran di muka gua mencari mangsanya.

Lalu sang kerbau berkata kepada sang kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam saja melihat tingkah lakumu yang pengecut karena saya merasa takut kepadamu. Saat singa itu pergi, saya akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan."